BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat
penting bagi kehidupan manusia dan penglihatan merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Tanpa mata, manusia mungkin
tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya. Dalam penglihatan,
mata mempunyai berbagai macam kelainan refraksi. Kelainan refraksi atau yang
sering disebut dengan ametropia tersebut, terdiri dari miopia, hipermetropia,
dan astigmatisme. Kelainan refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di
dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun kelompok etnis.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pada mata yang
paling umum. Hal ini terjadi apabila mata tidak mampu memfokuskan bayangan
dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi kabur, dimana kadang-kadang keadaan
ini sangat berat sehingga menyebabkan kerusakan pada penglihatan.
Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu
miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Disamping itu, terdapat kelainan
fisiologis yang menyerupai kelainan refraksi yang disebut dengan presbiopia.
Keadaan ini berbeda dengan ketiga jenis lainnya dimana presbiopia berhubungan
dengan proses penuaan dan terjadi hampir pada seluruh individu.
Prevalensi kebutaan menurut WHO (1990) adalah berkisar
antara 0,08% pada anak-anak sampai 4,4% pada orang dewasa usia diatas 60 tahun.
Secara keseluruhan, prevalensinya 0,7%. Jumlah orang yang mengalami kebutaan di
dunia meningkat 1-2 juta orang setiap tahunnya (Andayani, 2008).
Prevalensi kebutaan di ASEAN adalah sekitar 0,8%. Angka
ini bervariasi, mulai dari 0,3% di Thailand hingga 1,5% di Indonesia. Negara
kita merupakan negara dengan angka kebutaan yang tertinggi dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya (WHO, 2001).
Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan
ekonomi keluarganya menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang
semakin meningkat. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu
faktor yang berpengaruh dalam perkembangan miopia adalah aktivitas melihat
dekat atau nearwork. Adanya kemajuan
teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan
lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas
melihat dekat.
Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap
media visual yang ada. Hampir seluruh murid di sekolah manapun di Indonesia
rata-rata mempunyai televisi (94,5%),
video game (39,4%), dan komputer
(15,7%). Tingginya akses terhadap media visual ini apabila tidak diimbangi
dengan pengawasan terhadap perilaku buruk, seperti jarak lihat yang terlalu
dekat serta istirahat yang kurang, tentunya dapat meningkatkan terjadinya
miopia (Sahat, 2006).
Miopia juga dapat terjadi karena ukuran bola mata yang
relatif panjang atau karena indeks bias media yang tinggi. Penyebab utamanya
adalah genetik, namun faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi seperti
kekurangan gizi dan vitamin, dan membaca serta bekerja dengan jarak terlalu
dekat dan waktu lama dapat menyebabkan miopia. Penyakit degeneratif seperti
diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
katarak jenis tetentu, obat anti hipertensi serta obat-obatan tertentu dapat
mempengaruhi kekuatan refraksi dari lensa yang dapat menimbulkan miopi.
Walaupun kelainan refraksi sudah cukup banyak terjadi dan
umum di masyarakat, namun pengetahuan mereka mengenai kelainan refraksi dan
kesehatan mata ini masih belum cukup. Padahal pengetahuan ini sangat penting
terutama mengenai koreksi kelainan refraksi. Jika kelainan refraksi tidak
dikoreksi dapat menimbulkan komplikasi seperti esotropia (juling ke dalam)
bahkan kebutaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
penyebab dari kelainan mata miopi?
2. Apakah
penyebab dari kelainan mata hipermetropi?
3. Bagaimana
cara membantu penglihatan pada kelainan mata miopi?
4.
Bagaimana cara membantu penglihatan pada
kelainan mata hipermetropi?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Mengetahui
penyebab kelainan mata miopi.
2. Mengetahui
penyebab kelainan mata hipermetropi.
3. Mengetahui
bagaimana cara membantu penglihatan pada kelainan mata miopi.
4. Mengetahui
bagaimana cara membantu penglihatan pada kelainan mata hipermetropi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Dasar
Teori
Menurut
Nangsari (1988:249), bola mata dilindungi oleh beberapa lapisan yaitu :
a) Lapisan
sebelah luar disebut lapisan fibrosa
b) Bagian
sebelah tengah disebut lapisan vascular
c) Bagian
sebelah luar disebut lapisan yang terdiri dari jaringan syaraf
1. Lapisan
fibrosa pda bola mata terdiri atas :
Sclera
mata disebut juga selaput putih terdiri atas jaringan pengikat padat. Fungsinya: melindungi bola mata yang halus
serta membantu mampertahankan bentuk biji mata . Dibagian anterior sclera mata
terdapat membrane transparan yaitu kornea mata. Kornea mata terbentuk dari
jaringan pengikat padat dan tidak ada pembuluh darah. Oleh karena kornea mata
tersebut transparan, berarti dapat
membiaskan sinar cahaya dan mengirimkan
cahaya masuk kedalam bola mata, dari sini dapat mencapai retina mata.
2. Lapisan
vaskuler
Bola
mata terdapat banyak pigmen dari pembuluh darah yang membantu memelihara
jaringan lain dari mata, yang merupakan ranting-ranting arteria oftalmika,
cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang
berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil mata. Iris adalah selaput
sirkuler melekat pada siliari bodi dan tergantung diantara kornea mata dan
selaput berpigmen sebelah belakang iris memancarkan bermacam-macam setiap
individu,dengan demikian apakh sebuah mata itu memiliki berwarna biru, coklat,
kelabu dan seterusnya. Khoroid bersambungg pada bagian depannya dengan iris dan
tepat dibagian iris . selaput ini gna membentuk korpus siliare, sehinga selaput
siliiare terletak diantara khoroid dan iris. Khorpus siliare berisi serabut
otot sirkuler dan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah
lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
3. Retina
(lapisan dalam)
Retina
adalah lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut,
yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam
konstruksi retina, yang merupakan jaringan syaraf halus yang menghantarkan
implus syaraf dari luar diskus optic yang merupakan titik dimana syaraf optic
meninggalkan biji mata. Titik ini disebut bintik buta, oleh karena tidak
mempunyai retina. Bagian yang paling peka adalah macula, yang
![]() |
terletak tepat eksternal terhadap diskus optic, persis berhadapan dengan pusat pupil.
(Pearce
Evelyn,1979:315)
Bagian-bagian
mata :
a) Kornea
Merupakan
bagian depan yang transparan atau bening dan bersambung dengan sclera yang
putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan
tepi adalah epithelium berlapis yang brsambung dengan konjungtiva. Kornea
bekerja sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada
dibelakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan cahaya pada retina.
b) Iris
Iris
adalah tirai berwarna didepan lensa yang
bersambung dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar
atau otot polos. Kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara
kelompok lain melebarkan pupil.
c) Pupil
Adalah
bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris, melalui
mana cahaya masuk guna mencapai retina. Pupil berfungsi sebagai tirai yang
melindungi retina serta mengendalikan jumlah cahaya yang masuk kemata.
d) Aqueus
humor
Cairan
ini berasal dari badan siliari dan diserap kembali kedalam aliran darah pada
sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schslemm.
e) Lensa
Lensa
adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-belakang) yang terdiri
dari beberapa lappisan. Lensa terletak persis dibelakang iris. Membrsan yang
dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat didepan maupun dibelakang
lensa itu, yang berfungsi untuk mengaitkan lensa pada badan siliari. Bila
ligamentum suspensorium mengendor, maka lensa mengerut dan menebal. Sebaliknya
bila ligament menegang, maka lensa menjadi menipis. Mengendornya lensa
dikendalikan oleh konteraksi otot siliari. Lensa berfungsi membiaskan berkas-berkas cahaya yang tepantul
dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina.
f) Vitreous
humor
Darah
sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina diisi dengan cairan
penuh albumen berwarna keputihan yaitu humor vitreus. Humor vitreus berfungsi
untuk member bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan
antara retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
Pengaruh kornea dan lensa mata terhadap
cahaya yang masuk ke dalam mata. Oleh karena mata berbentuk bulat, cahaya yang
mencapai permukaan bagian luar berbeda-beda bentuknya. Cahaya masuk dari udara
ke dalam mata, bergerak melalui kornea, humor aqueus, lensa, dan humor votreus,
dan semuanya transparan (Nangsari Ngayu,1988:256).

Prinsip optik
Sinar sejajar yang masuk mengenai lensa
biconvex, akan dibiaskan kesatu titik atau focus utama di belakang lensa. Jarak
antara lensa dan focus utama adalah jarak focus utama (Nangsari
Ngayu,1988:257).

Akomodasi
Daya akomodasi adalah kemampuan lensa
mata untuk menjadi cembung atau memipih. Apabila otot siliari melemas, berkas
cahaya yang sejajar mengenai mata yang optic normal, difokuskan pada retina.
Selama reaksi ini dipertahankan, berkas dari benda yang lebih dekat kepada
pengamat difokuskan di belakang retina. Selain akomodasi, kedua poros
penglihatan akan berkovergensi dan pupil menciut apabila orang memandang benda
yang lebih dekat. Ketiga respon ini yaitu: akomodasi, konvergensi, dan
penciutan (kontriksi) pupil dinamakan respon dekat (Nangsari Ngayu,1988:257).
Titik Dekat
Akomodasi adalah proses aktif,
memerlukan kerja otot oleh karena itu dapat melelahkan. Titik yang paling dekat
dengan mata dimana benda dapat difokuskan dengan jelas oleh akomodasi dinamakan
itik dekat penglihatan (Nangsari Ngayu,1988:257).
1) Rabun
Jauh (Miopi)
Miopi disebabkan jarak titik api lensa
mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu cembung. Titik api adalah
pusat pertemuan sinar yang sudah dipecah oleh lensa. Jadi, sinar yang
masuk jatuh di depan retina sehingga mata tidak dapat melihat benda jauh.
Untuk menolong penderita miopi (rabun jauh) harus menggunakan kacamata dengan lensa cekung (negatif). Lensa cekung ini akan menempatkan bayangan tepat pada retina.
Untuk menolong penderita miopi (rabun jauh) harus menggunakan kacamata dengan lensa cekung (negatif). Lensa cekung ini akan menempatkan bayangan tepat pada retina.

2)
Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun
dekat disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau tidak
dapat mencembung dengan optimal. Titik api lensa berada di belakang retina
sehingga mata tidak dapat melihat benda-benda yang dekat. Penderita
hipermetropi dapat dibantu menggunakan kacamata berlensa cembung. Dengan
lensa cembung, sinar yang jatuh di belakang retina akan
dikembalikan tepat pada retina. 
3) Presbiopia (Mata Tua)
Presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia sehingga daya akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat melihat benda dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung dan cembung sekaligus.
4) Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan mata yang dise bab kan kelengkungan kornea matanya yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat sempurna. Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya. Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa silindris.

3) Presbiopia (Mata Tua)
Presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia sehingga daya akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat melihat benda dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung dan cembung sekaligus.
4) Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan mata yang dise bab kan kelengkungan kornea matanya yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat sempurna. Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya. Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa silindris.
5) Buta warna
Buta
warna adalah ketidakmampuan mata untuk membedakan warna. Penyakit ini bersifat
menurun. Buta warna ada dua macam, yaitu buta warna total dan buta warna
separuh. Tahukah kamu perbedaan antara buta warna total dengan buta warna
separoh? Buta warna total hanya mampu melihat warna hitam putih saja. Sedangkan
buta warna separuh tidak bias melihat warna tertentu, yaitu merah, biru, dan
hijau.
6)
Katarak
Katarak
atau bular mata merupakan gangguan penglihatan. Penyebab katarak adalah lensa
mata keruh, sehingga menghalangi masuknya cahaya pada retina. Penderita ini
umumnya berumur di atas 55 tahun. Kelainan mata ini dapat diatasi dengan
operasi mata.
Hal-hal yang dapat kita lakukan agar
mata tetap sehat, di antaranya sebagai berikut.
a. Mengatur jarak baca (minimal 30 cm);
b. Menonton televisi jangan terlalu dekat;
c. Membaca di ruangan yang terang karena jika kita membaca di tempat yang kurang terang, pupil mata mu akan melebar dengan kuat sehingga lama kelamaan akan menimbulkan kelelahan pada mata;
d. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A seperti wortel.
a. Mengatur jarak baca (minimal 30 cm);
b. Menonton televisi jangan terlalu dekat;
c. Membaca di ruangan yang terang karena jika kita membaca di tempat yang kurang terang, pupil mata mu akan melebar dengan kuat sehingga lama kelamaan akan menimbulkan kelelahan pada mata;
d. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A seperti wortel.
B.
Hipotesis
1.
Penyebab
miopi dikarena lensa mata terlalu
cembung sehingga menyebabkan bayangan jatuh di depan retina.
2.
Penyebab
Hipermetropi dikarenakan lensa mata terlalu cekung sehingga menyebabkan bayangan jatuh di
belakang retina.
3.
Penolongan
terhadap penderita miopi bisa digunakan dengan bantuan lensa cekung (negatif).
4.
Penolongan
terhadap penderita hipermetropi bisa digunakan dengan bantuan lensa cembung
(positif).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting
-
Tempat :
Laboratorium IPA Dasar FMIPA UNY
-
Waktu :
20 November 2012
B.
Alat
dan Bahan
1. Kit Optik, yang terdiri dari
o
Lensa +100,+50,+200, dan -100
o
Layar tembus cahaya
o
Linear track
2. Sumber
cahaya (lampu)
C.
Variabel
Penelitian
1. Variabel Control :
posisi sumber cahaya, posisi layar tembus cahaya.
2. Variabel
Bebas : posisi lensa 50mm, lensa
penolong.
3. Variabel
Terikat : jenis lensa penolong ,dan
jarak lensa 50mm dengan layar.
D.
Prosedur
Kerja
a. Untuk
percobaan cacat mata miopi
1. Merangkai
alat optic membentuk replikasi cacat mata miopi.
2. Meletakkan
objek (sumber cahaya) di depan replikasi mata.
3. Memberi
lensa postif di depan replikasi lensa mata dan mengamati posisi jatuhnya
bayangan.
4. Memberi
lensa negative di depan replikasi lensa mata dan mengamati posisi jatuhnya
bayangan.
5. Menyimpulkan.
b. Untuk
percobaan cacat mata hipermetropi
1. Merangkai
alat optic membentuk replikasi cacat mata hipermetropi
2. Meletakkan
objek (sumber cahaya) di depan replikasi mata.
3. Memberi
lensa postif di depan replikasi lensa mata dan mengamati posisi jatuhnya
bayangan.
4. Memberi
lensa negative di depan replikasi lensa mata dan mengamati posisi jatuhnya
bayangan.
5. Menyimpulkan.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
maaf sebelumnya
ReplyDeleteboleh minta daftar pustakanya darimana ?